Diary's Jojo
Sabtu, 12 Agustus 2017
Rabu, 26 Juli 2017
Kamis, 13 Juli 2017
Rabu, 05 Juli 2017
Minggu, 25 Juni 2017
Senin, 23 Januari 2017
Annyeonghaseyo, Gamsahamnida!!
Udah
lama uga aku gak cerita tentang kegiatan aku di blog ini.
Sabtu,
21 Januari 2016. Kira-kira jam 10 pagi, aku dan teman baruku di BATAN, di
antaranya Sampe, Mega, Indah, Nute, dan Fajo tiba di TMII. Taulah kan kelen apa
kepanjangaannya TMII??
Berpoto di depan pintu masuk. Sebelum bayar tiket masuk. Pengennya nampak TMII nya eh malah fokus ke muka kami. |
Kami masuk
dari pintu utama TMII. Kami harus bayar tiket masuk Rp 10.000,-/kepala. Saat di
dalam kami lihat suasananya cukup sepi. Kami lihat ada penyewaan motor. Harus
kelen tau aku gak bisa mengendarai motor . L
Bahkan sepeda sekalipun. Tapi kalau kami jalan kaki bisa letih banget. Padahal
ada 34 anjungan yang mau di kelilingi. Jadi, kami putuskan untuk makan dulu.
Secara kami berangkat jam 8 pagi, yang dimakan hanya indomie dan aku gak ada
makan.
Berpoto setelah aku, Sampe, dan Mega gesek ATM dan sebelum kami makan di CFC. |
Kami
jalan menelusuri tempat makan yang murah, meriah, muntah. Tapi gak ada. Yang
ada makanan dengan harga terjangkau ala Paman Sam, CFC. (gak masalah kan sebut
brand??). Di dalam kami pesan paketan. Namanya juga mahasiswa ngekos. Tempat
duduk aku menghadap ke arah sekumpulan pemuda/i Asia Timur. Dari penampilan
wajah yang cantik dan tampan, pakaian yang modis, rambut berwarna coklat pirang
dan hitam, serta make up yang standar, aku merasa mereka adalah orang Korea.
Perhatikan ujung kiri atas foto, itu adalah pemudi Korea. Pemudanya lagi mesani makanan. |
Aku
langsung bilang ke teman-teman yang lain untuk memperhatikan mereka sekilas.
Pendapat kami sama.
Sampe:
“Nyanyilah kau, Bang di depan mereka.”
Aku :
“Mmmm, o iya aku nyanyi ini …. wi param, te tet teret teret teretet, tet teret
teret teretet, tet teret teret teretet, wi param param param”
Nute :
“Itu kan BlackPink”
Aku:
“Iya. Itu kan lagi booming di sana. Atau gak ini … weonhi manhi manhi manhi,
manhi manhi…”
Mereka
pun tertawa. (Itu adalah lagu BTS-Blood Sweat and Tears)
Nute
berdiri membawa tempat sambal kami buat diisi ulang. Tempat pengisiannya ada di
dekat sekelompok pemuda/i Korea itu. Selesai pengisian, aku bertanya apa mereka
bebrbicara dalam bahasa Korea. Dia pun menjawan iya.
Kami
pun sudah benar-benar selesai makan. Kami bergegas melanjutkan perjalanan kami.
Mereka berjalan keluar dari pintu depan. Aku menahan mereka dan mengubah haluan
melewati pintu belakang yang secara otomatis kami melewati pemuda/i itu.
(Sebenarnya
aku mau minta foto banget banget tapi masa pas mereka baru selesai makan. Gak
sopan rasaku ah)
Oke.
Waktu menumjukkan pukul berapa aku pun gak tau pastinya. Kami menyewa 2 sepeda
gandeng. Harga sewa Rp 35.000,-/sepeda selama 1 jam gratis 1 jam. Lumayanlah.
Tapi balik cerita sebelumnya, aku kan gak bisa bawa --“. Alhasil, aku di tengah
Mega dan Fajo. Mega dan Fajo bertukaran posisi sebagai kapten karna aku berat
-____-.
Dari depan ke belakang: Sampe, Nute dan Indah |
Dari belakang ke depan: Mega, Aku dan Fajo |
Awalnya
aku malu kalau dilihati orang-orang tapi lama-lama jadi malu-maluin karna
sepanjang jalan kenangan aku tertawa terus wkwkwk. Udah gak jelas kayak orang
gila. Ini akan menjadi hal yang tak terlupakan. Kami kelilingi dan berhenti di
berbagai anjungan yang ada seperti, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Papua,
Sulawesi Selatan, dan tempat lainnya yang bagus menurut kami.
KALIMANTAN BARAT |
KALIMANTAN BARAT |
KALIMANTAN BARAT |
SUMATERA BARAT |
SUMATERA BARAT |
Yang
spesial adalah Sulawesi Selatan. Selain ada rumah adat Tongkonan punyanya suku
Toraja, kami menemukan hal yang sangat-sangat menarik dan membuatku bergairah.
Kami bertemu sekelompok pemuda/i Korea itu lagi. Ini yang namanya jodoh pasti
bertemu. Terima kasih, Afgan.
SULAWESI SELATAN |
SULAWESI SELATAN |
Nute:
“Cepat, Bang Jo!!”
Aku
langsung berjalan ke arah kedua kakak Korea itu. O iya mereka ada 5 wanita dan
3 pria.
Aku:
“Excuse me, can we take a photo with all of you?”
Kedua
kakak itu tampak bingung diawal. Mereka bilang ooh. Lalu salah satu dari mereka
mengajak kawannya yang lain untuk ikut berpoto. Aku jadi tukang potonya
(padahal aku pengen ikut dipoto uga.)
Aku :
“Once again, han na tul set!” (tangan gemetaran)
Salah
satu pemuda Korea memperbaiki pengucapan aku seharusnya aku bilangnya " hana dul ses"
Nute :
“Bang Jo buat boomerang bang”
Aku:
“Iya. (mengarah ke pemudi Korea) Do you know Boomerang?”
Salah
satu menjawab dengan pertanyaan, “boomerang?”
Aku:
“Boomerang for Instagram”
Ada
yang paham, “Aaaaa,…boomerang”
Akhirnya
mereka tau juga maksud kami. Semua ambil
posisinya kembali dan bersiap melakukan gerakan unik mereka. Aku pun berkata,
“….” Dan aku mengucapkannya benar kali ini. (tapi tangan tetap masih gemetaran)
Pemuda/i
Korea begitu senang melihat hasil boomerangnya. Mereka berbicara dalam
bahasanya dan aku hanya bisa tersenyum dengan kawan aku. Kami gak ngerti hiks…
Setelai
selesai berpoto, aku ajak kenalan dong (walau sekujur tubuh keringat dingin ,
pala puyeng). Dalam bahasa Inggris -___-.
Aku
bertanya what’s your name sambil memberikan tangan. Malah canggung. Karna aku
baru ingat di Korea pake cara membungkukkan badan. Ya, tetap salaman sih kami.
Ada 4 orang kusalami, Won Bin, Jiseoni, 2 lagi aku lupa namanya. Abisnya susah.
Aku:
“Why you choose Indonesia”
Salah
satu pemudi Korea bilang “passé”. Ngomong apa kak? Dikiranya aku ngerti kali
ya.
Yang
lain membantuku, dia bilang “volunteer”.
Aku:
“Aaaa, volunteer for what?”
Dan
mereka menjawabku dalam bahasa Korea -________- mungkin mereka bingung mau
bilang apa. Karna aku pintar, aku paham maksudnya (dalam tebakan aku).
“Universitas Indonesia?” tanya aku.
“Yaa”,
jawab kedua kakak itu.
Aku :
“How long you have been here?” (maafkan grammerku)
Salah
satu pemudi Korea menjawab, “3 weeks and tomorrow we will back”.
Aku:
“O ya?”
Mereka
ngangguk-ngangguk. Pas banget, untung aku gak melewatkan momen ini karna rasa
takutku. Harus berani untuk salah dan malu!! Kami pun mengucapkan salam
perpisahan. Kamsahamnida! Gomawo!
Mereka
membalas kami, terima kasih!Makasih udah mau baca kisah aku dan mereka :) |
Rabu, 05 Februari 2014
Diundang Menjadi Pengundang
Aku ga taulah mau mulai dengan
nama sebenarnya atau samaran. Karna blog ini kan tentang kehidupanku yang aku
mau semuanya tau akan perjalanan hidupku ini. Tapi samaranlah yang mungkin
terbaik agar aku tidak dituntut pihak yang merasa namanya disebutkan dalam
kisahku kali ini.
Kamis, 30 Januari 2014.
Pukul : 12.45 WIB
Ini kali kedua
bagiku diajak seseorang yang kukenal untuk bergabung dalam sistem di perusahaan
yang dia tekuni. Sebelumnya, aku pernah diajak oleh senior yang bukan di
jurusanku. Dia menawarkan sebuah peluang bisnis yang didapatkan dari perusahaan
A untuk aku masuk dalamnya. Aku ga tau harus apa di saat itu. Aku dikelilingi
tiga orang lain yang baru dikenalkan seniorku itu dan membuatku jadi merasa bimbang. Apakah
peluang ini datangnya dari Tuhan? Karna sempat aku memohon kepada-Nya untuk diberikan pekerjaan tapi apa iya ini?
Aku harus punya modal untuk ikut. Bukan keahlian, tapi finansial. Darimana aku
bisa dapat? Modal ini bukan modal yang bisa dimiliki seorang mahasiswa. Tuhan,
benarkah dari-Mu? Sepanjang pertemuanku dengan mereka, aku bergumam terus. Iya atau tidak sama sekali.
Tiga hari kemudian, aku diajak ketemuan lagi di tempat yang sama yakni di trotoar dalam pusat kampusku. Kami duduk dan seorang melanjutkan lagi cerita tentang peluang itu. Seperti tak ada peluang pula bagiku untuk berkata tidak, aku tidak bisa gabung. Pembicaraannya sudah sangatlah jauh. Sampai kiat sukses untuk daapatkan modal cepat pun dibukakan. Aku pun tenggelam terlalu dalam. Tuhan, ini benar ga sih datang dari-Mu? Kenapa hatiku ga tenang?
Sampailah aku di lembaran baru.
Sms itu datang menyatakan padaku bahwa maukah aku mulai berbisnis di perusahaan
A. Dan aku menjawab kalau ini bukan saatnya.
Tuhan, ampunilah aku jika
ternyata aku menolak peluang yang Engkau berikan.
Selang beberapa hari…
Yah tanggal yang tertera di atas adalah tanggal pertemuanku dengan teman 9 tahunku. Dia ingin aku menemaninya ke komunitas B yang ternyata setelah sampainya aku disana, dia mengajakku untuk gabung dengan komunitasnya. Positif. Sungguh positif dengan apa yang dilakukan komunitas ini.
Aku menyimpulkan begitu karna bukan hanya dia yang menceritakan apa kegiatan yang dia lakukan bersama anggota lainnya. Tetapi, C dan D yang anggota komunitas B juga ikut mensugesti otakku untuk bergabung. Dan kamu kegiatannya apa?
Yah, tepat. Aku harus mengikuti
sistem peluang bisnis di perusahaan E. Perusahaan yang namanya tak familiar di
telingaku. Sama seperti perusahaan A. kali keduanya aku terjebak dalam lemah
yang tak kuketahui kedalamannya.
Sehari sebelum aku bertemu teman 9 tahunku, aku bermimpi dalam tidur siangku akan kehidupanku di masa depan tentang pekerjaan dan teman hidup. Kenapa aku menceritakan ini? Karna salah seorang dari mereka yakni D bilang padaku bahwa aku datang ke tempat mereka bukan kebetulan tapi takdir. Namun, aku merasa itu bukan takdir karna aku pun bukan dalam kondisi yang sedang memohon untuk dapat pekerjaan kepada-Nya saat ini.
D tak setuju dengan pernyataanku. Dia bilang aku tak berTuhan. Karna gak da yang kebetulan di dunia ini bila aku percaya Tuhan. Saat dengar kalimat itu, aku kaget. Jadi mikir. Yang berTuhannya aku?
D tampak bersikeras untuk
membuatku bergabung dengan melontarkan kalimat sukses berikut ini :
“Orang sukses mencari solusi, orang gagal mencari alasan.”
Pasti kalian setuju denganku akan
kalimat di atas tapi bukan itu saja’kan kalimat sukses?? Apa aku harus berpatok
pada itu agar aku sukses?? Berarti aku harus mengiyakan untuk bergabung agar
sukses??
Bahkan ada kalimat begini :
“Saat tua kita kaya itu biasa, saat muda kita kaya itu luar biasa.
Saat tua kita gak kaya-kaya, mudanya ngapain?”
Memang banyak pengusaha muda.
Tapi apa dengan terima uang saja dengan banyakan menggoyangkan kaki disebut
pengusaha tanpa ada yang dijualnya ke publik?? Maaf kalo ada yang tersinggung.
Tapi bagiku sukses itu ketika aku
bisa bahagia dengan keluargaku. Aku tidak mau jadi hamba uang. Aku suka bekerja
di kantor. Aku pun ga tau kenapa. Aku merasa semangatku ada di sana.
Jadi maafkan aku Tuhan jika aku
tak bisa peka akan suaraMu.
Maafkan aku, teman 9 tahunku bila
aku tak sesuai dengan apa yang kau harapkan.
LIFE IS CHOICE! J
Langganan:
Postingan (Atom)