Penulis menemukan sebuah kamar kecil
yang buat dirinya merasa bahagia. Begitu luas dan begitu gelap. Hanya ada
seberkas cahaya berasal dari dinding triplek kiri penulis yang berlubang cukup
besar. Lubangnya setinggi toilet duduk. Berarti walaupun pintu ditutup,
kemungkinan akan ada yang mengintipnya. Bukan itu saja, orang pun bisa keluar
masuk seenaknya lewat lubang itu. Dan mereka yang jauh di luar sana bisa
melihat seseorang yang ada di dalam kamar kecil tersebut. Mereka juga bisa tahu
apa yang dilakukan orang tersebut di dalam kamar kecil. Tapi itu tidak
menyurutkan keinginan penulis untuk membuang kotorannya.
Penulis sangat berkonsentrasi
mengeden, berharap akan keluarnya pengganggu yang buat perutnya sakit. Tak
terasa oleh penulis kalau sudah satu jam dia berada dalam kamar mandi. Dan dia
merasa cahaya yang masuk makin berkurang. ‘Bayangan apa itu?’ Penulis sangat
kaget. Ia memutar kepalanya pelan-pelan ke kiri. Tenyata….
”Chindy!?” bisik penulis. Lalu
keduanya pun berteriak. Chindy tak sengaja melihatnya. Kebetulan hp Chindy
jatuh dalam selokan dekat penulis buang air.
Penulis langsung membuka pintu tanpa
menyiram serta tanpa membersihkan sisa-sisa pembuangannya dan berlari
sekencang-kencangnya tanpa memperbaiki susunan celananya. Penulis pun berlari
sambil menutupi kemaluannya. Berlari tanpa tahu arah tujuan.
‘Mereka!??’ penulis memperlambat
kecepatannya dan berlari ke arah lain. Christy dan prianya yang tak sengaja
melihat penulis, langsung berlari mengejarnya. Penulis balik ke arah kemana dia
lari sebelumnya. Tapi penulis tak bertemu dengan Chindy. Hal yang bagus
pikirnya. Hanya saja,…..
”Guk..guk..gukk” Ada anjing besar
menghadangnya. Penulis berhenti sejenak. Sambil tarik nafas yang panjang.
Kemudian, penulis berlari ke arah yang berlawanan dan pasti berlawanan dari
pasangan yang ikut mengejarnya juga. Anjing itu mengejarnya. Penulis yang
sedari tadi kesulitan berlari karena celananya yang nyangkut di kedua kakinya,
takut terkejar oleh anjing yang dia pikir rabies. Penulis pun memanjati pohon
yang dijumpainya. Anjing tersebut tak bisa menggapainya. Hanya bisa
menggaruk-garuk pohon dan menggonggong. Penulis merasa telah bebas. Dia
memperbaiki susunan celananya hingga kemaluannya tertutup. Lalu, penulis
mengelap keringatnya yang mengalir deras.
Anjing yang duduk menatap penulis
merasakan sesuatu di balik punggungnya. Saat anjing itu berbalik, Christy dan
prianya sudah ada tepat dibelakangnya. Penulis masih terengah-engah. Anjing itu
pun mengeluarkan suaranya yang buat Christy serta prianya ketakutan setengah
mati. Penulis yang melihat ke bawah karena suara anjing itu, menjadi tertawa
lepas. Penulis melihat mereka berdua lari terbirit-birit diikuti anjing dari
belakang mereka. Sepertinya penulis begitu senang melihat apa yang ia rasakan
dirasakan pula oleh sahabatnya.
Beberapa menit kemudian…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar