Senin, 23 Januari 2017

Annyeonghaseyo, Gamsahamnida!!

Udah lama uga aku gak cerita tentang kegiatan aku di blog ini.
Sabtu, 21 Januari 2016. Kira-kira jam 10 pagi, aku dan teman baruku di BATAN, di antaranya Sampe, Mega, Indah, Nute, dan Fajo tiba di TMII. Taulah kan kelen apa kepanjangaannya TMII??

Berpoto di depan pintu masuk. Sebelum bayar tiket masuk.
Pengennya nampak TMII nya eh malah fokus ke muka kami. 
Kami masuk dari pintu utama TMII. Kami harus bayar tiket masuk Rp 10.000,-/kepala. Saat di dalam kami lihat suasananya cukup sepi. Kami lihat ada penyewaan motor. Harus kelen tau aku gak bisa mengendarai motor . L Bahkan sepeda sekalipun. Tapi kalau kami jalan kaki bisa letih banget. Padahal ada 34 anjungan yang mau di kelilingi. Jadi, kami putuskan untuk makan dulu. Secara kami berangkat jam 8 pagi, yang dimakan hanya indomie dan aku gak ada makan.


Berpoto setelah aku, Sampe, dan Mega gesek ATM dan sebelum kami makan di CFC.
Kami jalan menelusuri tempat makan yang murah, meriah, muntah. Tapi gak ada. Yang ada makanan dengan harga terjangkau ala Paman Sam, CFC. (gak masalah kan sebut brand??). Di dalam kami pesan paketan. Namanya juga mahasiswa ngekos. Tempat duduk aku menghadap ke arah sekumpulan pemuda/i Asia Timur. Dari penampilan wajah yang cantik dan tampan, pakaian yang modis, rambut berwarna coklat pirang dan hitam, serta make up yang standar, aku merasa mereka adalah orang Korea.

Perhatikan ujung kiri atas foto, itu adalah pemudi Korea. Pemudanya lagi mesani makanan.
Aku langsung bilang ke teman-teman yang lain untuk memperhatikan mereka sekilas. Pendapat kami sama.
Sampe: “Nyanyilah kau, Bang di depan mereka.”
Aku : “Mmmm, o iya aku nyanyi ini …. wi param, te tet teret teret teretet, tet teret teret teretet, tet teret teret teretet, wi param param param”
Nute : “Itu kan BlackPink”
Aku: “Iya. Itu kan lagi booming di sana. Atau gak ini … weonhi manhi manhi manhi, manhi manhi…”
Mereka pun tertawa. (Itu adalah lagu BTS-Blood Sweat and Tears)
Nute berdiri membawa tempat sambal kami buat diisi ulang. Tempat pengisiannya ada di dekat sekelompok pemuda/i Korea itu. Selesai pengisian, aku bertanya apa mereka bebrbicara dalam bahasa Korea. Dia pun menjawan iya.
Kami pun sudah benar-benar selesai makan. Kami bergegas melanjutkan perjalanan kami. Mereka berjalan keluar dari pintu depan. Aku menahan mereka dan mengubah haluan melewati pintu belakang yang secara otomatis kami  melewati pemuda/i itu.
(Sebenarnya aku mau minta foto banget banget tapi masa pas mereka baru selesai makan. Gak sopan rasaku ah)

Oke. Waktu menumjukkan pukul berapa aku pun gak tau pastinya. Kami menyewa 2 sepeda gandeng. Harga sewa Rp 35.000,-/sepeda selama 1 jam gratis 1 jam. Lumayanlah. Tapi balik cerita sebelumnya, aku kan gak bisa bawa --“. Alhasil, aku di tengah Mega dan Fajo. Mega dan Fajo bertukaran posisi sebagai kapten karna aku berat -____-.

Dari depan ke belakang: Sampe, Nute dan Indah

Dari belakang ke depan: Mega, Aku dan Fajo
Awalnya aku malu kalau dilihati orang-orang tapi lama-lama jadi malu-maluin karna sepanjang jalan kenangan aku tertawa terus wkwkwk. Udah gak jelas kayak orang gila. Ini akan menjadi hal yang tak terlupakan. Kami kelilingi dan berhenti di berbagai anjungan yang ada seperti, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Papua, Sulawesi Selatan, dan tempat lainnya yang bagus menurut kami.
KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN BARAT

SUMATERA BARAT

SUMATERA BARAT
Yang spesial adalah Sulawesi Selatan. Selain ada rumah adat Tongkonan punyanya suku Toraja, kami menemukan hal yang sangat-sangat menarik dan membuatku bergairah. Kami bertemu sekelompok pemuda/i Korea itu lagi. Ini yang namanya jodoh pasti bertemu. Terima kasih, Afgan.
SULAWESI SELATAN

SULAWESI SELATAN
Nute: “Cepat, Bang Jo!!”
Aku langsung berjalan ke arah kedua kakak Korea itu. O iya mereka ada 5 wanita dan 3 pria.
Aku: “Excuse me, can we take a photo with all of you?”
Kedua kakak itu tampak bingung diawal. Mereka bilang ooh. Lalu salah satu dari mereka mengajak kawannya yang lain untuk ikut berpoto. Aku jadi tukang potonya (padahal aku pengen ikut dipoto uga.)
Aku: “Oke, 3, 2, 1!” (gugup)
BATAN Squad dan South Korea Squad
Aku : “Once again, han na tul set!” (tangan gemetaran)
Salah satu pemuda Korea memperbaiki pengucapan aku seharusnya aku bilangnya "hana dul ses"
Nute : “Bang Jo buat boomerang bang”
Aku: “Iya. (mengarah ke pemudi Korea) Do you know Boomerang?”
Salah satu menjawab dengan pertanyaan, “boomerang?”
Aku: “Boomerang for Instagram”
Ada yang paham, “Aaaaa,…boomerang”
Akhirnya mereka tau juga maksud kami.  Semua ambil posisinya kembali dan bersiap melakukan gerakan unik mereka. Aku pun berkata, “….” Dan aku mengucapkannya benar kali ini. (tapi tangan tetap masih gemetaran)

Pemuda/i Korea begitu senang melihat hasil boomerangnya. Mereka berbicara dalam bahasanya dan aku hanya bisa tersenyum dengan kawan aku. Kami gak ngerti hiks…
Setelai selesai berpoto, aku ajak kenalan dong (walau sekujur tubuh keringat dingin , pala puyeng). Dalam bahasa Inggris -___-.
Aku bertanya what’s your name sambil memberikan tangan. Malah canggung. Karna aku baru ingat di Korea pake cara membungkukkan badan. Ya, tetap salaman sih kami. Ada 4 orang kusalami, Won Bin, Jiseoni, 2 lagi aku lupa namanya. Abisnya susah.
Aku: “Why you choose Indonesia”
Salah satu pemudi Korea bilang “passé”. Ngomong apa kak? Dikiranya aku ngerti kali ya.
Yang lain membantuku, dia bilang “volunteer”.
Aku: “Aaaa, volunteer for what?”
Dan mereka menjawabku dalam bahasa Korea -________- mungkin mereka bingung mau bilang apa. Karna aku pintar, aku paham maksudnya (dalam tebakan aku). “Universitas Indonesia?” tanya aku.
“Yaa”, jawab kedua kakak itu.
Aku : “How long you have been here?” (maafkan grammerku)
Salah satu pemudi Korea menjawab, “3 weeks and tomorrow we will back”.
Aku: “O ya?”
Mereka ngangguk-ngangguk. Pas banget, untung aku gak melewatkan momen ini karna rasa takutku. Harus berani untuk salah dan malu!! Kami pun mengucapkan salam perpisahan. Kamsahamnida! Gomawo!
Mereka membalas kami, terima kasih!

Makasih udah mau baca kisah aku dan mereka :)













Rabu, 05 Februari 2014

Diundang Menjadi Pengundang

Aku ga taulah mau mulai dengan nama sebenarnya atau samaran. Karna blog ini kan tentang kehidupanku yang aku mau semuanya tau akan perjalanan hidupku ini. Tapi samaranlah yang mungkin terbaik agar aku tidak dituntut pihak yang merasa namanya disebutkan dalam kisahku kali ini.

Kamis, 30 Januari 2014.
Pukul  : 12.45 WIB

Ini kali kedua bagiku diajak seseorang yang kukenal untuk bergabung dalam sistem di perusahaan yang dia tekuni. Sebelumnya, aku pernah diajak oleh senior yang bukan di jurusanku. Dia menawarkan sebuah peluang bisnis yang didapatkan dari perusahaan A untuk aku masuk dalamnya. Aku ga tau harus apa di saat itu. Aku dikelilingi tiga orang lain yang baru dikenalkan seniorku itu  dan membuatku jadi merasa bimbang. Apakah peluang ini datangnya dari Tuhan? Karna sempat aku memohon kepada-Nya  untuk diberikan pekerjaan tapi apa iya ini? Aku harus punya modal untuk ikut. Bukan keahlian, tapi finansial. Darimana aku bisa dapat? Modal ini bukan modal yang bisa dimiliki seorang mahasiswa. Tuhan, benarkah dari-Mu? Sepanjang pertemuanku dengan mereka, aku bergumam terus. Iya atau tidak sama sekali.

Tiga hari kemudian, aku diajak ketemuan lagi di tempat yang sama yakni di trotoar dalam pusat kampusku. Kami duduk dan seorang melanjutkan lagi  cerita tentang peluang itu. Seperti tak ada peluang pula bagiku untuk berkata tidak, aku tidak bisa gabung. Pembicaraannya sudah sangatlah jauh. Sampai kiat sukses untuk daapatkan modal cepat pun dibukakan. Aku pun tenggelam terlalu dalam. Tuhan, ini benar ga sih datang dari-Mu? Kenapa hatiku ga tenang?
Sampailah aku di lembaran baru. Sms itu datang menyatakan padaku bahwa maukah aku mulai berbisnis di perusahaan A. Dan aku menjawab kalau ini bukan saatnya.
Tuhan, ampunilah aku jika ternyata aku menolak peluang yang Engkau berikan.
Selang beberapa hari…

Yah tanggal yang tertera di atas adalah tanggal pertemuanku dengan teman 9 tahunku. Dia ingin aku menemaninya ke komunitas B yang ternyata setelah sampainya aku disana, dia mengajakku untuk gabung dengan komunitasnya. Positif. Sungguh positif dengan apa yang dilakukan komunitas ini.

Aku menyimpulkan begitu karna bukan hanya dia yang menceritakan apa kegiatan yang dia lakukan bersama anggota lainnya. Tetapi, C dan D yang anggota komunitas B juga ikut mensugesti otakku untuk bergabung. Dan kamu kegiatannya apa?
Yah, tepat. Aku harus mengikuti sistem peluang bisnis di perusahaan E. Perusahaan yang namanya tak familiar di telingaku. Sama seperti perusahaan A. kali keduanya aku terjebak dalam lemah yang tak kuketahui kedalamannya.

Sehari sebelum aku bertemu teman 9 tahunku, aku bermimpi dalam tidur siangku akan kehidupanku di masa depan tentang pekerjaan dan teman hidup. Kenapa aku menceritakan ini? Karna salah seorang dari mereka yakni D bilang padaku bahwa aku datang ke tempat mereka bukan kebetulan tapi takdir. Namun, aku merasa itu bukan takdir karna aku pun bukan dalam kondisi yang sedang memohon untuk dapat pekerjaan kepada-Nya saat ini.

D tak setuju dengan pernyataanku. Dia bilang aku tak berTuhan. Karna gak da yang kebetulan di dunia ini bila aku percaya Tuhan. Saat dengar kalimat itu, aku kaget. Jadi mikir. Yang berTuhannya aku?
D tampak bersikeras untuk membuatku bergabung dengan melontarkan kalimat sukses berikut ini :

“Orang sukses mencari solusi, orang gagal mencari alasan.”

Pasti kalian setuju denganku akan kalimat di atas tapi bukan itu saja’kan kalimat sukses?? Apa aku harus berpatok pada itu agar aku sukses?? Berarti aku harus mengiyakan untuk bergabung agar sukses??
Bahkan ada kalimat begini :

“Saat tua kita kaya itu biasa, saat muda kita kaya itu luar biasa.
Saat tua kita gak kaya-kaya, mudanya ngapain?”

Memang banyak pengusaha muda. Tapi apa dengan terima uang saja dengan banyakan menggoyangkan kaki disebut pengusaha tanpa ada yang dijualnya ke publik?? Maaf kalo ada yang tersinggung.
Tapi bagiku sukses itu ketika aku bisa bahagia dengan keluargaku. Aku tidak mau jadi hamba uang. Aku suka bekerja di kantor. Aku pun ga tau kenapa. Aku merasa semangatku ada di sana.
Jadi maafkan aku Tuhan jika aku tak bisa peka akan suaraMu.
Maafkan aku, teman 9 tahunku bila aku tak sesuai dengan apa yang kau harapkan.

LIFE IS CHOICE! J