Kamis, 22 November 2012

Diary's Jojo: BIR TANPA ROSELA TIADA JUA

Diary's Jojo: BIR TANPA ROSELA TIADA JUA: Jalan-jalan dgn keluarga mungkin mengasyikkan tapi tidak sama halnya ketikakau membuat kesalahan yg buat mood kita dan keluarga berubah. ...

BIR TANPA ROSELA TIADA JUA

Jalan-jalan dgn keluarga mungkin mengasyikkan tapi tidak sama halnya ketikakau membuat kesalahan yg buat mood kita dan keluarga berubah.
Sebenarnya ini foto waktu di pelabuhan Belawan
gak nyambung sih, hehehe!!
Minggu, 18 November 2012. 
aku dan keluargaku baru menyelesaikan kewajiban kami sebagai pengikut Kristus untuk beribadah. 
Aku yg esoknya akan pratikum Kimia, meminta keluargaku untuk mencari Rosela. Rosela tidak ditemukan, sampai kami menepi di sebuah pusat perbelanjaan yg diyakini mamaku akan ada dia.
Kami cari di bagian sayuran dan buah-buahan, hingga bertanya pada pegawai supermarket tersebut. Kata mas pegawai ada. Senang rasanya hatiku. Kami menuju ke arah yg ditunjuknya. Tpi yg ada kekecewaan. Hanya teh rosela, bukan bunganya. Kupikir ya, sudahlah beli saja mana tau bisa masuk ke laboratorium dengan membawakan ini sebagai bentuk ekstrak dari Rosela.
Sambil menyelam, cuci celana dalam kata guru SMAku. Sambil nyari Rosela, yah belanja bulanan aja. Satu per satu barang yg biasanya digunakan tiap bulan pun dilengkapi, hingga mamaku meletakkan bir ke dalam troli kami. Aku dan kakakku kaget. Kami nasehati beliau walau diabaikan karna bir itu gak baik buat kesehatannya diumurnya yg setengah abad. 
Akhirnya bir itu lewat dari sensor harga kasir dan masuk dalam struk pembayaran belanja kami. Sesampainya di parkiran, semua barang diturunkan dengan hati-hati dari troli. Namun berbeda dengan bir itu. Kami yg bonceng tiga, disibukkan dengan barang yg kami beli. Saat kakakku terakhir naik dan mau naik, dia beri aku dua kantung plastik. Yg satu berisi pembalut, dan yg satunya lagi berisi bir dan softdrink. Saat kuterima, kupikir telah tergapai semua. Eh, malah ada satu kantung yg jatuh dan ternyata berisi bir dan softdrink. keduanya pecah. Dan mamaku yg melihatnya itu memuntahkan repetan kepadaku. Karena saat disayangkan 25rb harus terbua sia-sia. Untung softdrinknya masih bisa diselamatkan.
Dari parkiran sampai rumah, mamaku mengendarai kuda besinya sambil merepet. Terlontar dari mulutnya kalimat bahwa lebih baik diberi ke gembel daripada harus terbuang.
Selama perjalanan aku menyimpulkan sesuatu yg positif tanpa keluhan atau wajah ketat bagaikan celana dalam. Bahwa Tuhan berpikiran sama denganku dan kakakku. Terlepasnya plastik itu dari tanganku, kuanggap rencana Tuhan agar mamaku tidak meminumnya.
Kuharap tak terulang lagi.