Kamis, 20 Juni 2013

Dua Malam Di Waktu Berbeda Like De Javu



20 Juni 2013 20:40
Malam sungguh sunyi menunggu angkot yang akhirnya muncul disaatku mulai putus asa. Di angkot, aku bertemu pemuda yang ternyata adalah seorang ayah muda yang memiliki balita. Ayah yang unik ini mengingatkan aku pada masa ospekku.
Dia mematikan rokok yang mulai setengah habis. Dia menyuruh anaknya memegang puntung rokok itu. Kagetnya aku saat dia mengajarkan anaknya untuk mengisap punting rokok tersebut. Namun, si kecil dengan bijak mematahkan puntung rokok sehingga ayahnya menjadi kesal. Ayah itu memberikan tampilan yang berbeda pada anaknya. Like father, like son. Dia memakaikan anaknya jaket kulit dan jeans dengan rambut mohak. Sungguh ayah yang unik dengan didikan yang tak kumengerti  baik atau tidaknya untuk si balita kelak.
Dia seperti menantang anaknya apakah dia bisa memarahi supir angkot agar tidak mengebut dengan kalimat ‘berani gak?’ dan memukuli wajah pamannya dengan kata yang sama ‘berani gak?’ ‘kalo gak berani kuapain kau??’ lanjutnya. Si anak hanya diam.  
Kemarin pun demikian dengan energy yang tersisa sehabis kuliah, kami berkumpul seperti biasa di suatu kelas hingga malam. Selalu begitu sampai kami inagurasi. Kata mereka untuk perkenalan diri pada senior. Yah wajah polos ini mau saja.
Datanglah seorang pria yang ku tak tau mulanya stambuk berapa dia. Tapi dia menghampiriku dan berkata, “Kau berani mukulin orang yang mau memperkosa perempuan itu?”. Dengan hati-hati kujawab berani. Lalu dia menantangku, apakah aku akan memukulnya bila itu dia?
Kujawab saja iyah. Walau debat itu pun belum selesai.
Tapi aku harus menyudahi nostalgia yang buat aku tambah dendam nantinya. Karena aku harus turun.  Hehehehehe… :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar