Babak 1
Dalam suatu bangunan tua yang masih berdiri kokoh sebagai
sekolah, terdampar siswa-siswi angkatan 2009/2010 yang datang dari berbagai
wilayah di kota-kota terpencil. Kini mereka sudah menginjak masa akhir. Kelas 3
semester genap. Suatu masa yang membuat semua murid merasa kegalauan terdalam
untuk memilih yang terbaik bagi mereka kedepannya. Namun, tidak sama halnya
dengan kelas unggulan di sekolah itu. Kelas yang berisikan 4 orang murid tersebut
masih dalam posisi yang santai.
Jam pelajaran pertama hampir usai, dan….
Bu Sheila : “Pagi semuanya!”
Semua murid : “Pagi, Buk!”
Bu Sheila : “Maaf, yah. Saya sudah terlambat masuk. Karena
ada urusan penting yang tak mungkin saya tinggalkan. Oke. Sudah sampai dimana
materi kita?”(melirik Karin)”Karin?”
Karin : (tersadar dari lamunannya)”Hah? Dari..dari..dari..
teori atom dalton, Buk.”
Bu Sheila : “Oh… Jason, jelaskan materi terakhir kita!”
Jason : “Waduh! Di depan, Buk?”
Bu Sheila : (mengangguk)
Jason : (maju ke depan)”Mmm, atom menurut dalton adalah
sebagai berikut : 1) Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak
dapat dibagi lagi. 2) Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat
berubah menjadi atom unsur lain. 3) Dua atom atau lebih dari…”
Tok..tok..tok pintu terbuka dari luar. Keyfas telat untuk
kedua kalinya dan pada hari yang sama pula. Bu Sheila turun dari singgasananya
dan menyuruh Keyfas untuk masuk. Tapi bukan untuk duduk.
Bu Sheila : “Kenapa telat?”
Keyfas : (memberi kertas pernyataan izin masuk)
Bu Sheila : (menerima kertas tersebut)”Jadi karena macet?
Asal kamu tau! Jika kamu bangun lebih cepat,
maka kamu tidak akan telat karena
macet! Squat jump 20 kali!”
Keyfas : “Yah, tanggung kali. 25lah!”
Bu Sheila : “Baik. 25.”
Keyfas : “Tapi, buk? Saya salah ngomong. Lagian saya sudah
dihukum BP. Beri keringanan dong buk!”
Bu Sheila : “Tidak ada alasan. Kerjakan! Makin lama makin
melawan. Apa seperti ini kelas 3?”
Keyfas : (lompat-lompat)
Bu Sheila : “Jason, lanjutkan penjelasanmu!”
Jason : “3) Dua atom atau lebih dari unsur-unsur berlainan
dapat membentuk suatu molekul.”
Bu Sheila : “Kenapa berhenti?”
Jason : “Gak inget lagi, Buk.”
Bu Sheila : “Jason, Jason. Penampilan kayak kutu buku, tapi
materi seperti ini kamu gak bisa hafal dengan baik. Kalau begitu, kamu ambil
bukumu, baca di depan.”
Jason : (melakukannya)
Bu Sheila : “Hafal dengan baik. Saya bakal tanya lagi.”
Beberapa menit telah berlalu. Sudah banyak kata demi kata
terlontar dengan lantang dari Bu Sheila saat menjelaskan materi berikutnya.
Begitu semangat dan yakin, namun…
Bu Sheila : (terpaku pada satu titik yaitu Evelyn yang
sedang tidur nyenyak di belakang Karin) “EVELYN!!”
Karin : (menyenggol kepala Evelyn)
Evelyn : (terbangun)
Bu Sheila : (menghampiri Evelyn)“Kenapa kamu tidur? Lepas
jaket kamu itu! Itu bukan selimut!”
Evelyn : (melakukannya sambil bungkam)
Bu Sheila : “Apa yang ada dipikiran kalian sebenarnya? Ada yang
telat, tidur, tidak up-date materi,
lalu
Karin kamu juga mau ikutan?”
Karin : “Hah? Enggak kok Buk. Saya kan gak ngapa-ngapain.”
Bu Sheila : (menggerogoh laci meja Karin)“Lalu ini apa?”
Karin : “HP, Buk.”
Bu Sheila : “Saya juga tau! Tapi kamu ngapain gunakan HP ini
saat pelajaran berlangsung?”
Karin : (cengar-cengir)“Internetan, Buk.”
Bu Sheila : “Tuh kan! Kalian ini sudah kelas 3, lho! Tapi
kelakuan masih seperti anak kelas satu. Seharusnya untuk saat ini, kalian sudah
bisa memfokuskan diri pada satu hal. Yaitu belajar! Jadi, untuk kamu Karin, HP
ini saya sita!”
Karin : “Iya, Buk.”
Bu Sheila : (kembali ke singgasana) “Jason! Sudah bisa?”
Jason : (mengangguk)
Bu Sheila : “Ya sudah. Mulailah!”
Babak 2
Bel istirahat pertama telah berdenting, Jason dan
kawan-kawan merasakan kelegaan dari terlepasnya mereka akan kejenuhan. Tawa dan
cerita mewarnai suasana kelas mereka.
Sama seperti yang lain, tingkah mereka bagaikan anak ayam kehilangan
induknya.
Karin : (kecapekan karena lari-larian)”Aduh, udahlah. Capek
kali aku, Lyn. Kita ke kantin aja, yuk?”
Evelyn : “Oh ya udah. Aku ambil uang dulu.”(mengambil uang
dari tas)”Keyfas gak ke kantin?”
Keyfas : (menggeleng)
Karin : “Evelyn. Cepatlah!”
Evelyn : “Iya, iya! Bawel amat, sih.”(menegur Jason)”Jason!
Gak ikut ke kantin?”
Jason : (melepas headset
lalu melirik ke arah Karin)”Gak akh. Lagi malas. Nitip boleh?”
Evelyn : “Ngok ama kau!”
Jason : (terdiam lalu tersenyum sendiri)
Keyfas : (mengejutkan Jason dari sampingnya)”Jason!”
Jason : “Gak pakek dorong berapa, bang?”
Keyfas : (tertawa)
Jason : “Apa?”
Keyfas : “Jadi
begini, seperti yang dikatakan Bu Sheila, kita ini kan sudah kelas 3 dan harus
mempersiapkan
diri untuk masa depan yang cerah, nah, aku mau tanya samamu. Kau
pilih langsung kuliah atau kerja?”
Jason : “Yah, kuliahlah. Biar tau aja yah, aku tuh pengen
banget kuliah di UI jurusan Kedokteran.
Kelihatannya seperti mustahil sih jika
dibandingkan dengan usahaku. Tapi kalau di sekolah bung. Kalau di rumah
soal-soal SNMPTN dari tahun 1999 sampai yang tahun lalu, aku bahas habis sampai
tak tersisa. Hebat gak tuh?”
Keyfas : “Hebat, sih. Tapi kenapa harus kuliah? Tamat SMA
kan bisa langsung kerja.”
Jason : “Iya. Tapi setahu aku yang tamat SMA, kerjanya hanya
sebatas pelayan atau pramuniaga. Dan itupun dilakukan hanya sebagai pekerjaan
sampingan, bagi mereka yang kuliah sih. Memangnya kenapa, Key? Kau? Tamat SMA gak mau kuliah?”
Keyfas : “Bukan gak mau, tapi…”
Evelyn dan Karin datang ikut nimbrung bareng Jason dan
Keyfas.
Evelyn : “Kenapa? Kenapa?”
Jason : “Gak kenapa-napa. Hanya bicarai tentang masa depan. Sehabis SMA, baiknya ngapain.”
Karin : “Yah, kuliah dong.”
Jason : “Itukan menurut kau. Keyfas aja lebih memilih untuk
bekerja ketika dia tamat SMA,
dibandingkan kuliah.”
Karin : “Lho? Kenapa rupanya Key? Kok gak mau kuliah?”
Keyfas : “Karena aku udah jenuh banget belajar. Pengen
ngerasain hal yang baru. Aku mau ngelanjutin usaha Ayah aku.”
Evelyn : “Lele Dumbo kalian itu?”
Keyfas : (mengangguk)
Bel masuk jam pelajaran berikutnya berdenting…
Karin : “Kalau aku bilang, kau lebih baik kuliah sambil
ngurusin usaha Ayahmu itu. Kuliah bagian perikanan.
Siapa tau usahamu bisa go internasional kayak pengusaha
lainnya.”
Jason : (melirik ke arah pintu)”Eh, eh, eh , ibu itu udah
datang.”
Semuanya pun pada mulai sibuk. Cengar-cengir saat Bu Sheila
masuk.
Bu Sheila : “Kenapa kalian?”
Semua murid : “Gak kenapa-napa, Buk.”
Bu Sheila : “Oke. Sebelum dilanjutkan, ibu mau menyampaikan
bahwa minggu depan kita ujian bulanan.”
Semua murid : “Ah, yah, ah, janganlah Buk!”
Bu Sheila : “Jangan protes! Kalian ini kalau sudah dibahas
tentang ujian pasti tingkahnya menjadi-jadi.
Pokoknya saya tidak mau tau.
Persiapkan diri kalian!”
Keyfas : “Tapi Buk…”
Bu Sheila : “Tidak ada tapi-tapi. Karena ini sudah
jadwalnya. Saya harus secepatnya memberikan nilai kalian kepada Tata Usaha.
Paham?”
Semua murid : “Paham Buk!”
Bu Sheila : “Nah gitu dong. Baik, Jason, kamu baca halaman
78.”
Babak 3
Walaupun kelas unggulan,
siswa-siswi di kelas tersebut paling anti sama yang namanya ujian. Apalagi
sejak kelas 3. Hampir tiap minggunya ada saja ujian. Entah itu Try Out Pra-UN, ujian bulanan, ujian
semester, ujian akhir sekolah, ujian praktek, dan sebagainya. Melelahkan. Hari
untuk menghadapi ujian Fisika pun telah tiba dan sedang berlangsung saat ini.
Ekspresi resah dan gelisah terlukis di wajah mereka.
Bu Sheila : “Keyfas! Yang tenang. Jangan liat-liat ke
belakang! Liat ke depan!”
Keyfas : (melakukannya sesaat dan kembali gelisah)
Bu Sheila : “Waktu kalian tinggal 10 menit lagi.”
Semua murid semakin panik dan gelisah. Dan hal itu smembuat
Bu Sheila menjadi gerah. Ingin rasanya menghentikan gerak-gerik mereka yang
menyebalkan. Menyontek. Sungguh menjengkelkan.
Bu Sheila : “Udah, udah. Makin bising aja. Kumpul itu
kertas. Karin kumpul kertasmu dan yang lainnya. Cepat. Dalam hitungan ketiga
gak dikumpul, ibu gak akan terima. 1, 2, ti…”
Karin : “Ini, buk. Ini!” (mengeluskan dada)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCeritanya mantap kak..
BalasHapusBtw, saya pengen nanya
tema nya apaan?
Ceritanya bagus, hanya akhiran ceritanya terlalu singkat
BalasHapus