Rabu, 28 Agustus 2013.
Pukul 17.15 WIB
Pukul 17.15 WIB
Seperti biasanya aku, Josapat
Simangunsong selesai menonton drama Korea “A Gentleman Dignity” di Indosiar,
aku hanya bisa melakukan hal yang biasa pula kulakukan, yakni membodoh. Gak tau
mau ngapain. Tapi ini hanya di saat liburanku. Jika aku kuliah maka aku akan
sibuk dan mengerti akan apa yang mau kukerjakan. Dan tak sempat bagiku untuk
menonton drama yang digila-gilai remaja masa kini.
Aduh sakit
sekali jempolku akibat menyodok-nyodok saluran air yang tersumbat di kamar
mandi dengan rotan semalam. Sakitnya masih sangat terasa hingga hari ini. Aku
gak pernah berniat untuk membersihkan selokan belakang rumah hari ini. Akan
tetapi, ibuku datang memberiku sebuah alat kerokan buat selokan. Setelah itu,
dia kembali lagi kepada teman-temannya di kedai bahagianya.
Ya sudah
daripada gak da kerjaan, pikirku. Aku kerjakan deh tugas mulia ini. Lagian
akhir-akhir ini, kamar mandi kami bau bangkai karna dia tersumbat. Baru
mendekati selokan, eh dilihat tetangga sebelah, dia minta dikerok juga. Hmmm,
mau apa lagi yang dibilang ibu itu padaku ada benar juga. Kalau mengerok
selokan dari ujung ke ujung biar lancar aliran airnya agar tidak disitu-situ
saja tetapi mengalir hingga ke sungai. Jadi dari pojok kontrakan (3 blok dari
rumahku ke kanan) sampai ke ujungnya (4 blok dari rumahku ke kiri). Ya elah,
aku kan gak dibayar untuk hal semacam ini.
Kumulailah
mengerok. Eeh, baru dua tiga kali kuayunkan kerokannya, pinggangku rasanya mau
patah. Penyakit kakek-kakek, encok seperti kambuh. Maklumlah, ibuku yang
menyuruh tulang untuk membuat alat ini. Alat yang terbuat dari besi!! Besinya
aja dah sekilo beratnya (mungkiiinn) ditambah lagi selokan yang sudah tersumbat
5 tahun (lebaiku) yah, butuh tenaga yang ekstra. Mungkin 300.000 Joule (lebaiku
lagi)??
Pokoknya capek
banget dan sumpah demi apa selokan aku tuh bau, sangat sangat bau. Lebih dari
bau bangkai. Seperti bau kekalahan. Untungnya sih si ibu ini mau bantui aku.
Jadi yah gak begitu capeklah. Dikurang 100.000 Joule (lagi lebaiku lagi ) sama
dia. Keringat kami bercucuran seperti air mata. Kalau ibu itu bilang mau
beranak ngerokinnya. Huft…akhirnya pekerjaan kami selesai jam tengah 7. Jari
jemariku yang biasanya kugunakan untuk membalas pemberitahuan atau mentionnya teman-teman jadi lecet-lecet
karenanya.
ini selokan yang aku maksud |
Catatan : Pelajaran yang kupetik adalah sebaiknya untuk mengerok selokan yang tak pernah dibersihkan sejak 5 tahun (lagi lebaiku lagi-lagi) itu tidak boleh hanya dengan satu atau dua alat kerokan, melainkan …..berpikir….. 6 saja deh. Itu sudah cukup. Nah, berarti harus ada 6 orang juga dong?? Pas dengan jumlah rumah kontrakan kami.
Maksudnya, berapa nilai
kewarganegaraan ketika kita SD?? 8?? 9?? Atau 10?? Tapi kenapa kisah warga
Kelurahan Bojong Kenyot sedang bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan itu
sepertinya telah hilang?? Hanya teori saja. Aku tinggal di suatu kelurahan di
tengah kota yang tidak ada ajang bekerja bakti. Mana rasa gotong-royongmu??
Urusin hal yang kecil dulu deh
kalau mau jadi yang besar!!
Lihat pula :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar