Jumat, 30
Agustus 2013.
Pukul 14.45
Aku sedang
menonton drama Korea “Dream High” kesukaanku sambil mengedit-edit fotoku. Kudengar
suara kakakku dari luar. Langsung saja kubukakan pintu. Dia bersama dengan mamaku.
Beginilah jikalau wajahku tak menyapa mamaku dengan senyuman. Tapi kurasa, tiap
dia pulang aku jarang senyum. Dan kupikir itu tak masalah baginya.
Dia
menyuruhku angkati jemuran karna mau hujan. Sebelumnya memang sudah hujan jadi
kainnya sedikit basah. Tanpa menunggu, aku pun segera ke belakang buat ambil
jemuran itu. Tapi apa yang kudapatkan?? Aku dimaki-maki mamaku. Dia
membanting-banting tutup ember di depanku. Memang ini salahku yang meletakkan
mereka di ember bekas pakai ngepel. Aku lupa akan itu. Dia bersikap seperti
perfeksionis. Dia membedakan ember satu dengan ember yang lainnya. Sikapnya
kali ini seperti kesetanan. Benaran deh…
Ya
udah aku bisanya menggeram. Gimana enggak?? Kalau kulawan makin menjadi-jadi
dia. Kesalahan kecil selalu ia besar-besarkan. Di kalimat emosinya, dia bilang
begini percuma kau anak sarjana tapi
membedakan mana ember bekas ngepel sama ember khusus baju pun gak bisa kau
bedakan pantas IPmu dua komaaa terus!! Itu yang pertama. Kedua, aku paling ga bisa dengar kata malas padahal
aku ga da bilang malas loh. Tumben-tumbennya pun aku langsung kerjain yang dia
suruh tanpa bilang bentar mak, nanti mak,
atau tunggu mak. Ketiga, Korea teruuusss Korea
aja yang kau tonton pantas kau jadi bodoh. Dia bawa-bawa kesukaanku pada
Korea padahal itu yang memotivasi aku untuk S2 di sana.
Pokoknya
kalau kalian di posisi aku, kalian ga bakal tahan deh. Aku aja ada niat mau
minggat dari rumah tadi. Tapi sinetron kali rasaku. Jadinya kutahankan ajalah.
Palingan rusak psikisku. Hal yang paling ga kusuka yah ini. Beberapa menit
kemudian dengan rasa bersalah dia memanggilku lagi, Jo!! Dan begitu seterusnya, siap marah pasti baikan lagi seperti
sebuah pertemanan. Tapi sampai kapan, yah.
Jenuh jiwaku.
Jenuh jiwaku.
Lihat pula :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar